Feasibility study adalah salah satu poin penting yang harus ada dalam sebuah manajemen proyek. Tanpa adanya poin ini, organisasi atau perusahaan akan kesulitan dalam meninjau apakah suatu proyek dapat berjalan dengan baik atau masih perlu melakukan evaluasi. Lalu, apa itu feasibility study, jenis, manfaat, dan tools yang dijalankan? Mari simak ulasannya dalam artikel ini!
Apa itu feasibility study?
Secara sederhana, feasibility study adalah metode pembelajaran memperhitungkan faktor di sebuah proyek tertentu. Biasanya dilakukan dengan mempertimbangkan faktor ekonomi, teknis, hukum, maupun timeline. Dengan kata lain, metode ini merupakan proses studi kelayakan agar suatu proyek bisa berjalan dengan baik dan sukses.
Akan tetapi, feasibility study bukan hanya mengukur potensi bisnis dan finansial, melainkan juga kelayakan lainnya seperti kelayakan strategi, tujuan, sumber daya proyek yang diperlukan, aspek hukum, dan lain sebagainya.
Manfaat feasibility study untuk bisnis
Feasibility study banyak digunakan di berbagai perusahaan maupun instansi tertentu. Manfaat feasibility study adalah dapat melihat hubungan antara peluang dan ancaman di sebuah proyek. Nah, metode ini biasanya dilakukan oleh seorang manajer proyek. Nantinya, informasi yang disampaikan manajer proyek inilah yang jadi acuan bagi tim pelaksana. Selain itu, manfaat feasibility study lainnya yang dapat dirasakan secara nyata adalah:
- Fokus penyelenggaraan proyek dapat berjalan dengan baik.
- Alasan pengadaan proyek menjadi lebih masuk akal dan keabsahannya akan lebih tinggi.
- Alternatif dalam bisnis proyek dapat dipersempit lagi.
- Perhitungan analisis pasar, persaingan, hambatan, dan potensi lebih jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.
- Dapat mengontrol biaya dan sumber dana proyek yang diperlukan. Dengan begitu, mampu meminimalisir kebocoran dana tak terduga sehingga lebih efisien.
Tools untuk feasibility study
Agar berjalan dengan baik, feasibility study dibagi ke dalam dua tools, yakni dari aspek komponen dan praktik. Tools ini tidak berpatokan pada penggunaan teknologi canggih, melainkan mengacu pada faktor yang dapat meningkatkan kinerja dan proses analisisnya.
1. Komponen
Komponen di sini digunakan untuk mengukur, menilai, dan memantapkan hasil proyek. Komponen pun masih dibedakan lagi dari segi eksternal maupun internal. Untuk aspek eksternalnya memang cukup banyak, seperti aspek pasar, sosial ekonomi, aspek legalitas, hingga dampaknya terhadap lingkungan.
Sementara itu, komponen dari segi internal meliputi kualitas manajerial sebuah proyek, teknik dan strategi yang digunakan, hingga aspek keuangan atau finansial sebuah proyek tertentu.
2. Praktik
Tools kedua feasibility study adalah praktik. Seperti namanya, tools ini mengedepankan cara kerja yang dapat diukur. Untuk menjalankannya, biasanya organisasi melakukannya dengan meminta feedback dari stakeholder proyek. Lalu, dapat juga dilakukan melalui survei dan riset pasar, mempersiapkan laporan, hingga mengidentifikasi hambatan yang akan terjadi dan berusaha mencari cara untuk mengatasinya.
Jenis-jenis feasibility study
Dalam praktiknya, feasibility study dibedakan menjadi beberapa jenis. Biasanya, yang sering dipraktikkan adalah dari segi teknik, legal, ekonomi, dan operasional. Apa dan bagaimana pengertian masing-masingnya, ada pada poin-poin berikut ini.
1. Technical feasibility
Jenis pertama dari feasibility study adalah technical feasibility. Sebagaimana istilahnya, jenis ini lebih berfokus pada teknis di sebuah proyek organisasi. Fungsi dari technical feasibility adalah menentukan sumber daya secara teknis. Misalnya apakah kapasitas dan tim dapat menghasilkan ide dan sistem kerja layak di sebuah proyek. Untuk jenis kelayakan teknik ini, evaluasi biasanya meliputi software, hardware, dan lain sebagainya agar sistem berjalan dengan baik sesuai rencana.
2. Legal feasibility
Kedua adalah legal feasibility yang melihat kelayakan mengenai aspek proyek dari segi tata laksana secara hukum. Dalam hal ini, perlu dipastikan apakah proyek tersebut sudah sesuai perundang-undangan yang berlaku di sebuah wilayah. Sebagai contoh, Anda wajib memastikan apakah sistem zonasi pembangunan proyek, kelayakan sumber daya, dan kelayakan perlengkapan yang digunakan melanggar hukum atau tidak. Begitu pula dengan pendanaan, harus jelas sumbernya.
3. Economic feasibility
Jenis ketiga feasibility study fokus pada segi ekonomi. Aspek ini menganalisis berapa biaya yang diperlukan dalam sebuah proyek. Mulai dari proses awal, penelitian, pengerjaan, hingga tahapan evaluasi. Selain itu, economic feasibility juga meliputi manfaat yang akan didapatkan dari segi ekonomi, baik bagi masyarakat maupun organisasi.
4. Operational feasibility
Terakhir atau yang keempat yakni operational feasibility. Jenis ini digunakan untuk uji kelayakan proyek-proyek berskala besar. Titik fokusnya ialah melakukan analisis dan penentuan mengenai kebutuhan organisasi apa saja yang diperlukan untuk pelaksanaan proyek. Operational feasibility dapat dilakukan untuk melihat apakah proyek tersebut memiliki nilai-nilai yang dapat dikembangkan dalam bisnis nantinya.
Dari ulasan di atas, dapat disimpulkan bahwa feasibility study adalah hal penting bagi sebuah proyek. Salah satu komponen utama dalam feasibility study adalah finansial. Oleh karena itu, agar berjalan optimal, pastikan data finansial, terutama yang terkait kelangsungan berjalannya proyek seperti biaya operasional dan modal dari investor, memiliki kejelasan sumber.
Wujudkan hal ini dengan menggunakan layanan Due Diligent & Valuation dari Trier Consulting. Dengan tenaga ahli berpengalaman dan profesional di bidangnya, tim Trier Consulting akan melakukan analisis bisnis secara holistic untuk membantu Anda mendapatkan data akurat yang dapat mendukung proses pengambilan keputusan terkait pengembangan bisnis, termasuk dalam hal uji kelayakan. Tak perlu tunggu lama lagi, segera mulai konsultasi dengan tim Trier Consulting sekarang juga!