Industri pertanian merupakan salah satu jenis sektor usaha kunci dalam perekonomian Indonesia. Berbagai usaha utama yang termasuk dalam sektor pertanian adalah perkebunan, kehutanan, tanaman pangan, peternakan, dan perikanan.
Industri pertanian masih memegang peran sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi tanah air karena merupakan penghasil bahan pangan, sumber tenaga kerja sektor ekonomi lain, hingga salah satu penghasil sumber devisa negara. Namun, industri ini juga tidak lepas dari berbagai tantangan, salah satunya penguasaan teknologi. Simak artikel di bawah ini untuk informasi selengkapnya!
Kaitan industri pertanian dan Covid-19
Industri pertanian selama pandemi Covid-19 tidak menurun, justru meningkat dan menjadi penyelamat ekonomi selama pandemi. Positifnya pertumbuhan produksi, pangsa, dan penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian selama pandemi Covid-19, mulai dari kuartal pertama 2020 sampai awal kuartal tiga 2021, cukup tak terduga.
Peran krusial industri pertanian sudah seharusnya mendapatkan perhatian khusus dan tidak boleh diabaikan karena sektor pertanian merupakan sumber kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia. Dengan semakin besarnya perhatian terhadap industri pertanian, diharapkan sektor ini terus mampu menghasilkan pangan yang mencukupi sehingga mencegah kenaikan harga dan impor.
Produktivitas pertanian Indonesia yang masih rendah
Masih rendahnya produktivitas pertanian Indonesia disebabkan oleh kurangnya riset dan inovasi untuk asupan yang unggul. Adanya keterbatasan adopsi praktik budidaya yang baik dan penggunaan teknologi pertanian juga mengakibatkan produktivitas sektor pertanian di Indonesia masih rendah. Dalam komoditas padi, misalnya, pencetakan sawah baru, khususnya di lahan gambut, akan menghabiskan waktu yang lama.
Sebaiknya, pemerintah tidak lagi menciptakan proyek mencetak lahan sawah baru karena tidak tepat untuk meningkatkan ketahanan pangan. Proyek pencetakan lahan sawah baru yang memakan modal besar dapat menimbulkan risiko gagal panen yang merugikan petani. Belum lagi risiko kerusakan lingkungan yang lebih besar jika dilakukan secara tergesa-gesa.
Program cetak sawah berisiko mengancam ekosistem yang ada hingga merusak keseimbangan lingkungan karena membuka lahan. Sebaiknya, pemerintah fokus memperkuat produksi pangan yang ada dengan mendukung riset dan inovasi asupan serta teknologi pertanian.
Ketersediaan air, pupuk, dan pestisida
Kekurangan air untuk pertanian, terutama sawah, serta penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan, berdampak pada meningkatnya potensi kerusakan tanah. Saat tanah rusak, industri pertanian tentu akan mengalami kesulitan karena tanah merupakan lahan pertanian.
Untuk mendukung pertanian yang berkelanjutan, Indonesia dapat menerapkan pertanian organik guna meningkatkan hasil dalam jangka panjang dan terjangkau. Keanekaragaman hayati lokal dapat meningkatkan mata pencaharian dan keamanan pangan, serta membangun ketahanan pangan terhadap perubahan iklim.
Rendahnya pemahaman mengenai food losses
Food losses mengacu pada makanan yang tumpah, rusak, hilang, atau menimbulkan penurunan kualitas dan nilai selama prosesnya dalam rantai pasokan makanan sebelum mencapai tahap produk akhir. Food losses biasanya terjadi pada tahap produksi, pasca-panen, pemrosesan, dan distribusi dalam rantai pasokan makanan.
Dengan lebih paham mengenai food losses, diharapkan masyarakat Indonesia lebih aware terhadap pentingnya mencegah pemborosan makanan. Food losses merusak keberlanjutan sistem pangan manusia. Sebab, saat makanan hilang atau terbuang, semua sumber daya yang digunakan untuk memproduksi makanan tersebut, termasuk air, tanah, energi, tenaga kerja, dan modal, juga menjadi hilang dan terbuang sia-sia.
Minimnya penguasaan teknologi terkini
Lambatnya perkembangan daya saing produk pertanian Indonesia terjadi karena Indonesia masih mengandalkan produk pertanian yang berbasis pada sumber daya alam dan tenaga kerja, bukan produk pertanian yang berbasis pada pengetahuan. Untuk dapat meningkatkan daya saing industri pertanian Indonesia, penguasaan teknologi terkini perlu dioptimalkan.
Penggunaan teknologi terkini membuka peluang bagi industri pertanian untuk menembus pasar ekspor karena meningkatkan daya saing pada komoditas pertanian berdasarkan karakteristik yang diinginkan oleh konsumen, mengembangkan potensi dan daya saing yang tinggi, baik di pasar domestik maupun pasar ekspor, serta membantu perintisan dan pengembangan produk olahan pertanian baru.Untuk menghadapi tantangan penguasaan teknologi pada industri pertanian Indonesia, layanan Business Process Management dari Trier Consulting dapat dipertimbangkan. Dikerjakan dengan lebih baik oleh tenaga profesional untuk memanajemen setiap bisnis, termasuk pertanian, layanan ini meningkatkan efektivitas dan efisiensi bisnis, serta memungkinkan bisnis dapat bersaing dengan kompetitor dan memperoleh profit. Klik di sini untuk mulai berkonsultasi seputar pengambilan keputusan bisnis!