Laporan keuangan 

Menyusun laporan keuangan harus dilakukan dengan hati-hati. Namun, terkadang, sudah berhati-hati pun masih ditemukan beberapa kesalahan. Entah itu karena human error atau memang ada komponen yang terlewat dalam pencatatan. Jika sudah demikian, mau tak mau Anda pun harus mengulang laporan keuangan dari awal. Jelas sangat menghabiskan waktu, bukan?

Sebenarnya, kesalahan dalam menyusun laporan keuangan bisa dengan mudah dihindari. Kuncinya adalah ketelitian dan selalu belajar dari pengalaman. Untuk membantu Anda, berikut kesalahan yang sering terjadi dalam menyusun laporan keuangan.

1. Kesalahan pencatatan

Salah satu kesalahan yang paling sering terjadi dalam menyusun laporan keuangan adalah keliru dalam pencatatan. Misalnya, sebuah transaksi pembelian barang kredit dicatat menjadi pembelian barang tunai. Kesalahan pencatatan lainnya yang sering terjadi berhubungan dengan nominal. Contohnya, transaksi Rp7.000.000 tercatat Rp17.000.000.

Penyebabnya bisa sangat beragam, yang paling sering terjadi adalah karena human error, entah itu karena kelelahan atau memang kurang teliti. Bisa juga disebakan oleh interpretasi angka yang salah. Hal ini sangat wajar terjadi, terlebih jika data masih menggunakan metode akuntansi manual.

2. Tidak mencantumkan perhitungan pajak

Seperti yang telah disebutkan pada bagian pembuka, kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan juga kadang disebabkan karena adanya komponen yang terlewat. Salah satu komponen tersebut adalah perhitungan pajak.

Meski pajak adalah komponen penting dalam perusahaan, pada kenyataannya, masih banyak perusahaan yang tidak mengetahui perhitungannya. Akibatnya, perhitungan pajak dalam laporan keuangan pun salah atau lebih parahnya lagi, justru tidak dicantumkan. Oleh karenanya, pastikan SDM yang menangani laporan keuangan Anda memiliki pengetahuan seputar dunia perpajakan.

3. Tidak teliti dalam menghitung HPP

Kesalahan selanjutnya berhubungan dengan HPP atau harga pokok penjualan. Pada dasarnya, penentuan HPP dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu persediaan, pembelian, dan pengembalian (retur) barang.

Biasanya, saat terjadi kesalahan perhitungan HPP, salah satu faktor tersebut tidak disertakan. Misalnya, tidak menghitung retur atau lupa menyertakan pembelian bersih. Alhasil, HPP yang tercantum pun tidak mencerminkan kondisi sebenarnya.

4. Keliru menghitung persediaan barang

Kesalahan yang satu ini sering terjadi pada perusahaan dagang besar atau perusahaan yang memiliki banyak cabang. Pada perusahaan besar, data mengenai persediaan barang sangat cepat berubah. Perubahan akan semakin cepat jika perusahaan tersebut punya banyak cabang atau gudang yang tersebar di berbagai tempat.

Dampaknya, sering kali data tidak sinkron dengan kondisi di lapangan. Bisa jadi data pada laporan persediaan memuat jumlah tertentu, padahal di lapangan tidak demikian. Hasilnya, laporan keuangan pun tidak lagi akurat. Ini bisa merugikan karena berpotensi menyebabkan persediaan barang berlebih atau kurang di akhir periode.

5. Tidak menyimpan bukti transaksi

Menyusun laporan keuangan tidak akan bisa dilakukan tanpa adanya bukti transaksi. Inilah yang kemudian sering menjadi kesalahan dalam menyusun laporan keuangan.

Masih banyak sekali perusahaan yang asal dalam menyimpan bukti transaksi. Padahal, bukti transaksi, berapa pun nominalnya, sangatlah penting. Terutama jika transaksi tersebut memengaruhi posisi keuangan perusahaan. Tanpa adanya bukti transaksi, mustahil memiliki laporan keuangan yang akurat. Untuk itu, pastikan seluruh bukti transaksi perusahaan Anda tersimpan dengan baik.

6. Tidak memasukkan biaya angkut

Kesalahan dalam menyusun laporan keuangan yang terakhir adalah tidak memasukkan biaya angkut. Biaya angkut sendiri merupakan biaya yang timbul saat Anda membeli maupun menjual barang dan menggunakan jasa angkut atau pengiriman.

Untuk menentukan biaya angkut sebenarnya ada beberapa ketentuan. Salah satunya adalah FOB atau Free On-Board yang artinya biaya angkut mulai dari gudang penjual hingga sampai di tangan pembeli menjadi tanggung jawab pembeli. Ada juga CIF atau Cost Insurance and Freight yang berarti premi asuransi pengiriman barang ditanggung penjual.

Anda harus benar-benar memahami ketentuan tersebut. Sebab, masing-masing ketentuan punya perhitungan yang berbeda-beda. Pencatatannya dalam laporan keuangan pun tentu berbeda satu sama lain.
Hindari berbagai kesalahan dalam menyusun laporan keuangan dengan memakai jasa pembuatan laporan keuangan Trier Consulting. Jasa Financial Accounting & Bookkeeping yang ditawarkan Trier Consulting dikerjakan oleh tenaga profesional yang menjamin keakuratan laporan keuangan bisnis Anda. Untuk mulai berkonsultasi seputar laporan keuangan perusahaan, silakan klik di sini