Cash conversion cycle

Cash conversion cycle

Cash conversion cycle, yang dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi Siklus Konversi Kas, merupakan matrik penting bagi perusahaan. Matrik ini dapat digunakan dalam melihat maupun mengubah investasi dari persediaan menjadi bentuk uang tunai. Apa saja manfaatnya, komponen, dan cara menghitungnya? Berikut ulasannya!

Manfaat cash conversion cycle untuk bisnis

Cash conversion cycle memiliki sejumlah manfaat ketika diterapkan oleh perusahaan, khususnya dalam melakukan evaluasi kinerja perusahaan selama satu periode tertentu. Bahkan bisa digunakan menjadi acuan dalam membuat strategi di kemudian hari. Secara umum, adapun manfaat dari matrik ini di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Evaluasi performa manajemen modal

Pertama, cash conversion cycle dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi performa pengelolaan modal untuk menilai apakah perusahaan memiliki kinerja baik atau justru buruk. Hasil evaluasi performa akan menggambarkan perusahaan ketika menggunakan aset yang ada dalam waktu pendek. Dari sini juga akan muncul data yang bisa dijadikan pedoman perusahaan untuk pengambilan keputusan selanjutnya terkait manajemen modal.

2. Cari tahu efisiensi pengelolaan modal

Manfaat yang kedua adalah untuk mengevaluasi performa pada segi manajemen modal. Perusahaan memiliki modal yang tidak sedikit untuk operasional. Matrik ini digunakan untuk menilai efisiensi terhadap kinerja sumber daya manusia di perusahaan, khususnya dalam mengelola modal awal.

Apabila siklus tunai konversinya semakin pendek, maka kinerja perusahaan semakin baik, terutama saat menjual persediaan barang yang ada. Dengan kata lain, modal yang kembali dengan cepat akan membuat perusahaan lebih sehat karena keuntungan yang stabil.

3. Memonitor penggunaan uang

Ketiga, cash conversion cycle dapat membantu memonitor penggunaan keuangan dalam perusahaan. Pelacakan ini dimulai dari arus kas tunai dan menjadi inventaris maupun utang usaha. Dari sini juga dapat diketahui berapa banyak biaya yang dikeluarkan untuk mengembangkan layanan maupun produk.

Dengan memonitor penggunaan uang, perusahaan akan mengetahui berapa jumlah piutang usaha dan penjualan. Memonitor arus keuangan ini pun bisa digunakan sebagai acuan untuk melihat gambaran terhadap risiko likuiditas perusahaan selama operasional.

4. Bantu meningkatkan penjualan

Cash conversion cycle juga dapat membantu perusahaan meningkatkan penjualan produk. Hasil penjualan ini akan mudah dipantau menggunakan grafik selama kurun waktu tertentu. Hal yang menjadi fokusnya adalah mendukung modal dan ketersediaan produk yang selaras. Apabila penjualan baik, maka keuntungan perusahaan akan meningkat pula. Perusahaan akan menjadi lebih stabil dan dapat mengembangkan program selanjutnya.

5. Menarik perhatian investor

Terakhir, selain memberikan manfaat kepada internal perusahaan, cash conversion cycle dapat pula dijadikan acuan dalam menarik para investor. Bagi mereka, kesehatan perusahaan adalah hal penting dalam mempertimbangkan nilai investasi.

Dengan matrik ini, investor dapat melihat secara langsung kondisi perusahaan melalui grafik. Semakin bagus grafik nilai yang muncul, maka besar pula harapan bagi perusahaan terhadap investor yang akan menanamkan modal besar.

Evaluasi performa bisnis dengan cash conversion cycle

Setelah mengetahui manfaat dari cash conversion cycle, kini Anda perlu pula mengetahui poin-poin yang berpengaruh pada matrik ini. Apa sajakah? Berikut empat di antaranya:

1. DIO

Poin pertama adalah Days Inventory Outstanding (DIO), yakni perhitungan terhadap persediaan yang ada pada hari ini, termasuk juga waktu yang dibutuhkan dalam menjual persediaan barang tersebut. Contoh perhitungannya adalah:

Perusahaan A memiliki inventaris awal Rp10 juta dan persediaan akhir sejumlah Rp30 juta. Adapun harga pokok penjualan adalah Rp400 juta. Dari sini, maka perhitungannya adalah: (Rp10 juta + Rp30 juta : 2) : Rp400 juta x 365 = 18.25

Jadi, untuk menjual persediaan barang tersebut diperlukan waktu selama sekitar 18 hari.

2. DSO

Kedua yakni Days Sales Outstanding (DSO). Artinya, jumlah hari rata-rata yang diperlukan dalam menagih piutang pada perusahaan. Contoh perhitungannya adalah:

Perusahaan memiliki piutang awal Rp40 juta dan piutang akhir Rp60 juta pada tahun fiskal 2020. Adapun penjualan kreditnya adalah Rp1,2 miliar. Jadi, perhitungannya: (Rp40 juta + Rp60 juta :2) : Rp1,2 miliar x 365 = Rp15.20

Dari situ, terlihat bahwa perusahaan memerlukan waktu sekitar 15 hari dalam menagih piutang yang ada. 

3. DPO

Poin yang ketiga adalah Days Payable Outstanding (DPO), yaitu rata-rata jumlah hari diperlukan dalam membayar utang kembali, terutama dari pihak kreditor seperti pemasok. Lebih mudahnya, Anda dapat melihat contoh berikut:

Pembukuan utang awal Rp10 juta dan utang akhir Rp20 juta pada tahun fiskal 2020. Sementara, harga pokok penjualannya adalah Rp400 juta. Maka, begini penghitungannya: (Rp10 juta + Rp20 juta :2 ) : Rp400 juta x 365 = 13.69

Artinya, perusahaan memerlukan waktu sekitar 13 hari dalam membayar faktur yang ada.

4. CCC

Dari poin di atas, kini saatnya menghitung cash conversion cycle. Di sini, kita melihat dari DIO (18.25), DSO (15.20), dan DPO (13.69). Berdasarkan data tersebut, kita bisa melakukan perhitungan seperti ini: 18.25+15.20–13.69 = 19.76.

Angka tersebut kemudian dibulatkan menjadi 20 hari. Jadi, perlu waktu 20 hari dalam mengubah investasi dari kas awal menjadi uang dalam bentuk cash


Dalam menghitung cash conversion cycle atau CCC, diperlukan data keuangan yang akurat agar bisnis juga bisa merasakan manfaat optimal. Karenanya, pastikan dulu keuangan perusahaan sudah tersusun rapi dengan layanan Financial Accounting & Bookkeeping dari Trier Consulting.Memiliki pengalaman proyek dan kompetensi tinggi, tim Trier Consulting dapat membantu Anda merapikan keuangan perusahaan sehingga bisnis bisa berkembang lebih pesat lagi! Segera klik di sini untuk mulai konsultasi!