Siklus keuangan merupakan salah satu hal paling krusial bagi perusahaan. Nah, siklus keuangan perusahaan sendiri terdiri dari berbagai jenis, termasuk salah satunya cash conversion cycle atau siklus konversi kas. Biasanya, siklus ini dijadikan acuan oleh perusahaan untuk menilai kesehatan finansial dan kinerja. Mengingat cash conversion cycle adalah faktor penting di perusahaan, ada baiknya Anda untuk memahami definisi dan cara perhitungannya berikut.
Apa itu cash conversion cycle?
Pada dasarnya, cash conversion cycle adalah tenggat waktu yang diperlukan perusahaan dalam menagih piutang, menjual barang persediaan, maupun pembayaran utang pada pemasok. Adapun satuannya, biasanya menggunakan hari. Dengan kata lain, apabila jumlah harinya semakin sedikit, maka siklus arus kas akan lebih baik pula.
Hal tersebut akan membuat perusahaan lebih efisien dalam membuat keputusan, menentukan strategi, sampai mengubah produksi untuk dijadikan kas perusahaan.
Dalam penerapannya, ada beberapa manfaat yang dapat dirasakan oleh perusahaan ketika menjalankan matrik ini. Jika dipilah lagi, setidaknya lima manfaat utama cash conversion cycle adalah sebagai berikut:
- Melakukan penilaian terhadap tingkat efisiensi manajemen modal yang dimiliki oleh perusahaan.
- Dapat digunakan dalam melakukan evaluasi pada kinerja pengelolaan modal perusahaan; apakah dalam kurun waktu tertentu kinerjanya meningkat, tetap, atau justru menurun.
- Cash conversion cycle bisa digunakan untuk meningkatkan penjualan produk yang dimiliki perusahaan. Dengan semakin banyaknya produk yang terjual, ini mengindikasikan kesehatan finansial perusahaan sudah baik.
- Perusahaan dapat memanfaatkan cash conversion cycle untuk mengecek dan menelusuri siklus transaksi dan perputaran uang selama kurun waktu tertentu, baik itu uang kas tunai hingga utang usaha.
- Manfaat lainnya adalah dapat digunakan untuk menarik para calon penanam modal bagi perusahaan. Dengan menggunakan laporan berbentuk grafis dan lainnya, dapat dijadikan acuan oleh investor melihat kesehatan keuangan perusahaan. Hal itu juga memberikan kredibilitas tinggi bagi perusahaan dan meningkatkan kepercayaan kepada investor untuk tidak ragu menanamkan modalnya.
Rumus cash conversion cycle
Setelah mengetahui mengenai definisinya, kini Anda dapat menghitung siklus konversi kas secara sederhana. Dalam hal ini, ada beberapa poin tahapan siklus yang harus diperhatikan, yaitu Days Inventory Outstanding (DIO), Days Payable Outstanding (DPO), serta Days Sales outstanding (DSO). Setelah menghitung siklus tersebut, bisa dikemukakan bahwa rumus cash conversion cycle adalah:
CCC = DIO + DSO – DPO
Cara menghitung cash conversion cycle
Untuk bisa melihat nilai cash conversion cycle, terlebih dahulu harus diketahui berapa nilai untuk DIO, DSO, dan DPO. Berikut cara mudah menghitung ketiganya dan cash conversion cycle beserta contohnya.
1. Hitung nilai DIO
Siklus yang pertama dikenal dengan Days Inventory Outstanding (DIO). Pada dasarnya, siklus ini menghitung jumlah persediaan barang yang ada pada hari ini. Di sisi lain, perlu pula dihitung waktu penjualan barang tersedia. Agar lebih mudah, berikut contoh perhitungannya:
Perusahaan pecah belah PT Cantika memiliki inventaris awal Rp10 juta. Adapun total persediaan akhirnya Rp30 juta. Lalu, harga pokok penjualan adalah Rp400 juta.
Dari sini, maka perhitungannya adalah: (Rp10 juta + Rp30 juta : 2) : Rp400 juta x 365 = 18.25
Jadi, untuk menjual persediaan barang yang ada di perusahaan PT Cantika tersebut perlu waktu selama 18 hari.
2. Hitung nilai DSO
Berikutnya adalah menghitung Days Sales Outstanding (DSO), yakni jumlah rata-rata waktu yang dibutuhkan ketika menagih piutang perusahaan. Bisa kita ambil contoh sebagai berikut:
PT Cantika memiliki piutang awal Rp40 juta, sementara piutang akhir senilai Rp60 juta pada tahun fiskal 2020. Untuk penjualan kredit yang ada sebesar Rp,.2 miliar.
Jad,i perhitungannya adalah: (Rp40 juta + Rp60 juta :2) : Rp1.2 miliar x 365 = 15.20
Dengan begitu, perusahaan memerlukan waktu sekitar 15 hari dalam menagih piutangnya tersebut.
3. Hitung nilai DPO
Siklus ketiga dalam cash conversion cycle adalah Days Payable Outstanding (DPO), yaitu rata-rata jumlah hari diperlukan dalam membayar utang kembali, terutama dari pihak kreditor seperti pemasok. Contoh perhitungannya adalah sebagai berikut:
Pembukuan utang awal di PT Cantika adalah Rp10 juta dan utang akhir senilai Rp20 juta pada tahun fiskal 2020. Sementara itu, harga pokok penjualannya adalah Rp400 juta. Maka, penghitungannya adalah: (Rp10 juta + Rp20 juta :2 ) : Rp400 juta x 365 = 13.69
Artinya, perlu waktu sekitar 13 hari dalam membayar faktur yang ada.
4. Hitung nilai CCC
Lalu, bagaimana menghitung cash conversion cycle? Kita bisa menggunakan rumus yang sudah dijelaskan sebelumnya. Kemudian, perhatikan ketiga poin siklus di atas, yakni DIO (18.25), DSO (15.20), dan DPO (13.69). Jadi, jika dihitung: 18.25 + 15.20 – 13.69 = 19.76.
Dari situ, kemudian kita bulatkan menjadi angka 20. Itu artinya, perlu waktu 20 hari dalam mengubah investasi dari kas awal menjadi uang dalam bentuk cash.
Kini, Anda telah memahami bahwa cash conversion cycle adalah tenggat waktu yang diperlukan perusahaan dalam menagih piutang, menjual barang persediaan, maupun pembayaran utang pada pemasok. Dalam menghitung cash conversion cycle, diperlukan data keuangan yang akurat agar bisnis juga bisa merasakan manfaat optimal. Karenanya, pastikan dulu keuangan perusahaan sudah tersusun rapi dengan layanan Financial Accounting & Bookkeeping dari Trier Consulting. Tim Trier Consulting memiliki pengalaman proyek dan kompetensi tinggi, sehingga dapat membantu Anda dalam menjalankan proyek secara lebih praktis dan efisien dengan keuntungan yang tinggi bagi perusahaan. Jadi, percayakan pada kami untuk kemudahan layanan konsultasi keuangan perusahaan Anda. Klik di sini untuk mulai konsultasi!